Subscribe:

Labels

Selasa, 02 Juli 2013

Dampak Krisis Ekonomi di Eropa

Ternyata permasalahan lonjakan pertumbuhan penduduk tidak hanya terjadi di Indonesia. juga terjadi di seluruh dunia. Juga terjadi di Benua yang terkenal akan kemajuan Teknologinya, Eropa.
Krisis ekonomi di Eropa jadi tantangan besar. Terutama generasi muda berjuang melawan pengangguran. Uni Eropa menggulirkan proyek bantuan untuk menolong mereka.

Elena Silvestra mencari pekerjaan. Dia berusia 25 tahun dan tinggal di Madrid, Spanyol. Dia sudah menyelesaikan studi master dalam bidang hukum dan perdagangan internasional. Di masa lalu, ini jaminan yang cukup untuk mendapat pekerjaan. Tapi masa itu sudah berlalu. Eropa menghadapi tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan usia muda.
"Lowongan hanya ada untuk pekerjaan dengan bayaran rendah. Saya hanya mendapat gaji 300 Euro sebulan," kata Elena. Itu tidak cukup untuk menutupi keperluan sehari-hari. Jadi Elena pindah lagi ke rumah orang tuanya. Mereka yang membayar biaya makan dan ongkos transportasi.
Sejak krisis ekonomi, tingkat pengangguran di kalangan muda Uni Eropa naik dari 15 menjadi 23 persen. Menurut data statistik Eurostat, saat ini ada 5,6 juta warga berusia 15 sampai 24 tahun yang tidak punya pekerjaan. Di Yunani dan Spanyol situasinya lebih dramatis. Lebih 50 persen remajanya menganggur.
Sulit Menembus Pasar Kerja
Constantin Gurdgiev adalah Profesor Ilmu Keuangan di Trinitry College di Dublin. Dia meneliti pasar kerja untuk anak muda. "Para pekerja muda ini sering tidak terorganisasi di serikat buruh dan hanya mendapat kontrak tahunan. Untuk perusahaan, lebih murah memecat anak muda. Sebab untuk pekerja yang lebih tua, mereka harus membayar uang pesangon cukup tinggi."
Tapi situasi ini sangat buruk bagi perekonomian. Makin banyak anak muda menganggur, berarti pemasukan pajak bagi negara makin sedikit. Sebagai penganggur, mereka tidak bisa membeli banyak barang. Orang muda yang tidak punya pekerjaan, jarang mau menikah, mereka tidak membeli rumah atau mobil.
Perkembangan ini bisa mengancam kehidupan sosial, kata Gurdgiev. Kaum muda yang merasa dilupakan oleh pemerintah gampang terseret ideologi ekstrim. Di London, Paris dan Stockholm sempat pecah kerusuhan yang disulut kaum muda yang marah. Kalaupun situasi ekonomi mulai membaik, kaum muda tidak langsung mendapat pekerjaan. Mereka tersisih oleh penganggguran lain yang sudah lebih mapan. Anak muda sering belum punya cukup pengalaman kerja untuk bisa bersaing, kata Constantin Gurdgiev.
Bantuan Uni Eropa
Akhir Juni lalu, Uni Eropa memutuskan untuk meluncurkan program bantuan penanggulangan pengangguran di kalangan muda. Akan dilakukan lebih banyak pelatihan kerja. Selain itu, Dinas Tenaga Kerja akan fokus mencari lowongan kerja bagi mereka. Targetnya adalah, dalam waktu 4 bulan sudah bisa ditemukan tempat kerja bagi anak muda yang menganggur. Untuk program itu, Uni Eropa mengucurkan dana sampai 6 milyar Euro.
Yang lebih penting adalah menambah pelatihan ketrampilan. "Memang kita perlu uang lebih banyak untuk pendidikan," kata Gurdgiev. "Selain itu, kita perlu lebih banyak pendidikan praktis seperti yang diterapkan oleh Jerman dan Swedia."
Tapi ada satu masalah lain. "Kita sebenarnya tidak kekurangan tenaga kerja berpendidikan," tutur Gurdgiev. "Tapi kita perlu lebih banyak semangat wiraswasta." Pendirian perusahaan harus dipermudah. Kalau ekonomi bisa tumbuh secara dinamis, otomatis akan terbuka lapangan kerja.
Tapi perkembangan ini tetap perlu waktu lama. Karena itu, nasehat Gurdgiev kepada generasi muda yang masih menganggur: "Cobalah mencari kerja di luar Eropa." Orang Spanyol seperti Elena Silvestra misalnya, bisa mencari pekerjaan di Amerika Selatan.

0 komentar:

Posting Komentar